Blogger Widgets

Kamis, 27 Maret 2014

Tugas 5 : Praktek Seni Rupa, 17 Maret 2014


Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Drs. Jajang Suryana, M.Si
Disusun Oleh:
Nama                                 : Ni Gusti Ayu Kade Sari Astuti
NIM                                   : 1111031205
Semester/Kelas                  :  VI/E      
Jurusan                             :  PGSD

 

Kerajinan mozaik

 

            Kali ini  merupakan perkuliahaan seni rupa saya pertemuan ke-5. Seperti biasa, perkuliahan pendidikan seni rupa diadakan hari senin, yang dimulai tepat pukul 15.30 WITA yang bertempat di kampus bawah, tepatnya DKV Ruang Seni Rupa. Dalam pertemuan ke-5 ini diawali dengan pemaparan tentang apa mozaik dan bagaimana cara membuat mozaik, yang kemudian langsung dilanjutkan dengan praktek langsung membuat mozaik.
            Mozaik ini merupakan salah satu dari berbagai banyak hasil karya seni rupa. Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi. Begitu pula dalam pembuatan karya seni rupa mozaik.
Untuk membuat mozaik ini sebenarnya cukup mudah dan sangat menyenangkan. Karena ketika membuat mozaik kami dapat secara langsung mengotak-atik potongan-potongan kertas dan memadukannya dengan gambar yang telah kami buat sebelumnya pada kertas gambar A4. Dan berikut adalah hasil seni mozaik yang telah saya buat, meskipun tidak seindah karya teman-teman saya yang lain tetapi sangat bermanfaat bagi saya dan saya menyukainya.


Gambar Karya Mosaikku



A.      Judul                :  Bunga Melati Merah
B.       Deskripsi karya   
Mozaik merupakan seni membuat gambar dengan kepingan-kepingan bahan keras yang disusun dan ditempelkan dengan perekat. Bahan dasar untuk mebuat mozaik  tidaklah terbatas mulai dengan kepingan-kepingan bahan keras berwarna, sobekan/guntingan kertas warna, perca-perca kain, bermacam-macam biji-bijian dan kerang-kerangan. Dari bahan-bahan dasar itulah dapat kita bentuk menjadi bermacam-macam kerajinan mozaik dengan cara menyusun, mengatur, meletakkan dan menempelkan dengan perekat, sehingga menghasilkan bentuk karnya seni yang indah dan menarik.
Dalam pembuatan mozaik di atas, langkah pertama yang perlu disiapkan adalah  kertas gambar A4 yang diberi pola atau motif gambar. Karena bahan dasarnya dari kertas gambar, maka maaterialnya yang ditempelkan adalah potongan kertas warna yang tempelkan dengan menggunakan lem disusun menurut tujuan gambar yang diinginkan.
Mozaik merupakan teknik pembuatan karya seni rupa dengan menggunakan material yang dipotong-potong kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara di lem. Hal ini dilakukan dengan cara membuat pola terlebih dahulu.
Dalam hasil karya diatas saya memilih gambar bunga karena setiap anak kecil juga, saat mulai menggambar, pasti bunga merupakan daftar gambar yang paling sering mereka buat, pewarnaan gambar bunga tersebut juga saya sesuaikan dengan karakter anak-anak dan memilih warna cerah agar gambar terlihat hidup dan anak merasa lebih tertarik.

C. Alat dan Bahan:
1)      Kertas gambar A4
2)      Pensil
3)      Penghapus
4)      Kertas Berwarna
5)      Lem Kertas
6)      Gunting

D.      Langkah-Langkah Pembuatan:
1)      Siapkan kertas gambar A4.
2)     Buatlah guntingan-guntingan kertas warna sesuai dengan warna yang kecil-kecil dengan menggunakan gunting.
3)     Kemudian bentuklah  pola gambar diatas kertas gambar dengan menggunakan pensil (pola dibuat sesuai dengan imagunasi dan keinginan masing-masing).
4)     Lalu olesi kertas gambar yang telah berpola tersebut dengan lem kertas, kemudian tempelkan potongan kertas warna pada bagian pola yang telah di bentuk sesuai keinginan kalian.
5)     Dan terakhir, diamkan hasilnya sampai benar-benar kering dan lihatlah hasilnya.
6)     Selamat mencoba.


E.       Kesukaran Dalam Membuat Mozaik
1)    Seringkali dalam membuat mozaik ini, pembuat bingung membuat gambar awalnya, sehingga pengerjaannya menjadi lebih lama.
2)    Pada saat mengisi lem, isilah lem sedikit demi sedikit, jangan langsung banyak, karena jika lemnya langsung diisi banyak, maka lemnya akan cepat kering.
3)    Ketika memotong kertas, jangan dicampur tiap warna, tetapi dipisahkan, karena jika dicampur, kita akan lebih lama mengerjakannya karena kita harus memilih warna yang yang akan kita gunakan terlebih dahulu.
4)    Ketika menempelkan potongan kertas pada gambar usahakan jangan terlalu rapat, karena kalau terlalu rapat maka bentuk kertas tidak terlihat lagi.


Selasa, 18 Maret 2014

Tugas 4 : Hasil Resume Label "Jender" Yang Ada Pada Blog rupasenirupa@blogspot.com



Bicara Seni Rupa Tanpa Rasa Beda
Posts With Label Jender

Oleh

Jajang Suryana

SENIRUPAWATI BALI (RESUME)

Oleh

Ni Gusti Ayu Kade Sari Astuti


Para ahli perempuan membagi ruang gerak perempuan dalam dua lokasi yakni ruang publik dan ruang domestik.  Ruang publik mengacu pada ruang luas yang menyediakan aneka bentuk persitindakan dengan orang banyak. Ruang publik bisa juga diartikan sebagai ruang prestise, ruang kehormatan atau ruang pamer.
Namun, para perempuan jarang diberi tampil dalam ruang publik ini karena adanya anggapan bahwa perempuan cukup dirumah saja, memasak dan mengurusi urusan rumah tangga, dan laki-laki lah yang harus pergi ke ruang publik untuk bekerja, mencari uang. Karenanya, perempuan cukup diberi kesempatan untuk tampil di rumah, mengurus rumah tangga saja, yang sering diistilahkan dengan ruang domestik alias ruang “sumpek”.
Menampik anggapan diatas, tak jarang sekarang ini perempuan bali banyak terlibat dalam kegiatan kesenirupaan. Dalam sejumlah kasus, mereka menyelamatkan sumber keuangan keluarga. Satu contoh yang terjadi di desa seni Beratan, Kabupaten Buleleng, Bali Utara. Kegiatan menggarap perak, terutama mengolah bentuk-bentuk hiasan seperti cincin, gelang, kalung, dan anting-anting, beberapa di antaranya mulai digarap perempuan. Sebut saja mereka itu senirupawati, karena mereka adalah penggubah karya-karya seni rupa.
Mereka merasa bertanggung jawab penuh untuk melanjutkan kegiatan seni kriya perak yang mulai banyak ditinggalkan para laki-lakinya. Sehingga, karena tangan lembut para senirupawat tersebut, beberapa art shop di Desa Beratan masih bisa hidup campur

JENDER DAN JENDER

Di Bali ada sejumlah kegiatan seni rupa yang dianggap milik kaum perempuan. Sebagai contoh, menenun adalah milik perempuan. Di Desa Jineng Dalem, masih di kawasan Kabupaten Buleleng, ada kepercayaan yang masih dipelihara oleh para perempuan bahwa "jika perempuan Jineng Dalem tak bisa nyongket, perempuan itu tak bakal masuk nirwana". Sebuah upaya pewarisan dan pemertahanan sikap yang dianggap membedakan peran jender.
Perempuan selalu dianggap memiliki kelebihan dalam ketelatenan, kehalusan rasa, dan keapikan, kemudian ditempatkan sebagai penggarap bagian finishing benda-benda seni rupa. Di Desa Tegallalang, Ubud, misalnya, dalam kegiatan pembuatan patung-patung kayu, para perempuan ditempatkan sebagai pengampelas, pemelitur, atau jenis kegiatan finishing lainnya.
Secara jender, senirupawati Bali adalah pelaku utama dalam kegiatan-kegiatan menenun, membordir, menganyam bilah bambu untuk membuat sokasi (sejenis bakul nasi atau tempat sajen), membuat gerabah, sekadar memelitur perkakas, atau terutama mabanten (menyiapkan banten, sajen). Namun, tak jarang dari mereka yang mempunyai kesibukan ganda yakni selain mengurus keperluan keluarga mereka juga mencari nafkah tambahan, masih harus menyelesaikan tugas adat.
Hasil penelitian di daerah Buleleng dan Gianyar (Jajang dan Widnyana, 2001) menunjukkan bahwa kualitas keterlibatan para perempuan Bali dalam kegiatan bidang kesenirupaan lebih banyak sebatas pelaksana kegiatan (58%). Dengan  32 % sebagai pelaku utama (perancang kegiatan, pelaksana, maupun pemasar), dan sisanya berturut-turut sebagai pemasar, buruh, dan pemilik modal.
Para lelaki Bali beranggapan bahwa keberadaan para perempuan di bidang kesenirupaan adalah sebagai mitra yang sangat menguntungkan ekonomi keluarga. Ciri jender telaten, sabar, halus, dan tekun yang telah dilekatkan kepada perempuan ditunjuk sebagai salah satu pilihan mengapa para perempuan Bali, para senirupawati Bali, masih ditempatkan sebagai pemberi sentuhan terakhir dalam pengerjaan benda-benda seni rupa.
Senirupawati Bali yang bergerak di ruang publik, walau jumlahnya sangat sedikit, baru mengusung kegiatan bidang seni lukis. Dengan tampilnya senirupawati di ruang publik di antara para pelukis "penguasa" ruang publik, dengan tampilan yang sangat berbeda. Dan, sentuhan perempuan ternyata bisa menghadirkan kelainan yang cukup memukau publik penikmat seni rupa.

PENDIDIKAN

Para perempuan Bali, memang masih malu-malu untuk tampil di ruang publik seni rupa. Padahal di ruang publik seni lainnya, begitu banyak di antara mereka yang telah meraih keberhasilan.
Perempuan Bali yang bersekolah di lembaga pendidikan seni rupa bisa dihitung dengan jari. Sementara yang berharap bisa memilih bidang pariwisata, atau bidang yang terkait dengan pariwisata, misalnya bidang studi bahasa Inggris, sangat banyak jumlahnya.
Padahal, kekayaan Bali adalah kesenian, terutama seni tari, seni rupa, dan seni musik. Sementara di sekolah seni rupa, pun lebih banyak cerita tentang seni rupa Barat. Dan, dalam seni rupa Barat, para perempuan adalah pelaku seni rupa yang sangat tidak diperhitungkan keberadaannya dan sangat jarang terlihat.